Minggu, 13 Januari 2008

HIJRAH


A. DASAR HUKUM

1. “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik” (Q.S. Al-Imron : 195).

2. “Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dimanapun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorangpun diantara mereka sebagai teman setia dan penolong” (Q.S. An-Nisa : 89).

3. “Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi sendiri, mereka (para malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, kami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekah).” Mereka (para malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?” Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahanam, dan (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S. An-Nisa : 97)

4. “Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah), maka mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.” (Q.S. An-Nisa : 98 & 99)

5. “Dan barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa: 100)

6. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Anfal : 72)

7. “Dan orang-orang yang kafir,sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang member tempat kediaman dan member pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (Q.S. Al-Anfal : 73-74)

8. “Dan orang-orang yang beriman setelah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Anfal : 75)

9. “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. Tuhan mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhoan dan surga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar.”

(Q.S. At-Taubah : 20-22)

10. “Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui, (yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (Q.S. An-Nahl : 41-42)

11. “Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nahl : 110)

12. “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh, Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi rezeki yang terbaik. Sungguh Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat (surga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Hajj : 58-59).

B. SEJARAH SINGKAT:

1. Hijrah pertama ke negeri Habasyah

Penyiaran dakwah oleh rosulullah Muhammad SAW sejak kenabiannya pada awalnya dilakukan kepada kaumnya secara khusus / dilakukan secara diam-diam selama tiga tahun. Setelah mendapatkan wahyu untuk menyerukan dakwah secara terang-terangan, maka Muhammad SAW melakukan dakwah dengan cara terang-terangan kepada ummat-ummat yang lain secara umum untuk memeluk agama Islam yang memberi petunjuk kepada manusia guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dalam menyiarkan agama Islam Nabi SAW selalu mengalami gangguan besar dari kaumnya. Mereka mencaci dan mengusir beliau sambil melempari dengan batu dan kotoran, namun beliau tetap sabar dan tabah dalam mensyiarkan dakwah Islam walaupun mereka melancarkan segala usaha untuk menghentikan dakwahnya. Sampai pada kaum quraisy bermusyawarah untuk memutuskan cara guna menghentikan dakwah Muhammad SAW, salah satunya dengan mengirim utusan kepada nabi untuk membujuknya. Namun usaha mereka sia-sia belaka karena dakwah kepada Nabi SAW bukanlah untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kemaslahatan seluruh ummat manusia sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT.

Tatkala gangguan kaum kafir Quraisy makin bertambah sengit dengan melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap kaum muslimin, maka Nabi SAW memutuskan untuk hijrah ke Habasyah.

Berangkatlah 11 orang laki-lai dan 4 orang perempuan ke negeri Habasyah (Ethiopia) di bawah pimpinan Ja’far bin Abi Thalib. Setelah itu menyusul yang lain sehingga seluruh kaum muhajirin berjumlah 83 laki-laki dan 18 perempuan.

Tatkala kaum Quraisy mendengar kabar itu mereka mengutus delegasi kepada –Najasyi, raja Habasyah yang diantara mereka terdapat Abdullah bin Rabi’ah dan Amru bin Aash.

Setibanya mereka dihadapan Najasyi berkatalah Amru in Aash sebagai juru bicara kaum musyrikin kepada raja :

“Telah datang ke negerimu anak-anak bodoh dari negeri kami yang telah meninggalkan agama kaum mereka dan tidak memeluk agamamu. Mereka datang membawa agama yang mereka buat dan tidak kita kenal sedangkan kami diutus kepadamu mengenai urusan mereka oleh pemuka-pemuka kaum mereka dari bapak-bapak dan keluarga-keluarga mereka untuk mengembalikan orang-orang ini kepada mereka.”

Najasyi ganti bertanya kepada kaum muslimin. Dari pihak muslimin Ja’far bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara :

“Wahai raja, kami sebelumnya adalah orang-orang jahiliyah yang menyembah berhala dan memakan bangkai dan melakukan perbuatan keji dan memutus hubungan kekeluargaan dan berbuat buruk terhadap tetangga. Yang kuat diantara kami menganiaya yang lemah, hingga Allah mengutus kepada kami seorang rosul dari golongan kami yang kami kenal nasabnya, kebenaran, kejujuran serta kesuciannya. Maka ia menyuruh kami mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan meninggalkan berhala-berhala yang kami sembah dan menyuruh berkata benar dan menyambung hubungan kekeluargaan dan berbuat baik terhadap tetangga dan menjauhi hal-hal yang dilarang serta tidak menumpahkan darah dan melarang kami berbuat zina dan berkata dusta dan makan harta anak yatim dan menyuruh kami mengerjakan sholat, puasa dan mengeluarkan zakat. Maka kami beriman kepadanya dan membenarkannya.”

Tatkala Ja’far bin Abi Thalib membacakan sebagian surah Maryam, menangislah Najasyi, lalu berkata : “Sesungguhnya agama ini dan agama yang dibawa oleh Isa berasal dari satu sumber.”

Kemudian ia menoleh kepada Abdullah bin Rabi’ah dan Amru Ibnul Aash seraya berkata : “Pergilah kamu berdua, demi Allah aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian.”

2. Hijrah kedua ke negeri Habasyah

Sesudah kembalinya kaum muhajirin, Hamzah bin Abi Thalib paman Nabi saw, dan Umar ibn khattab yang terkenal kekerasannya masuk Islam.

Pada waktu itu kaum muslimin berjumlah 40 orang lelaki dan 11 orang perempuan. Kaum muslimin berjumlah 40 orang lelaki dan 11 orang perempuan. Kaum muslimin berjumlah 40 orang lelaki dan 11 orang perempuan. Kaum muslimin bertambah kuat dengan Islamnya Umar ibn Khattab, kemudian terus tersebar di kalangan suku-suku Arab. Maka takutlah kaum Quraisy akan akibatnya sehingga mereka membunuh Nabi SAW dengan memboikotnya dan keluarganya bani Hasyim di Syi’ib Makkah sampai mereka mau menyerahkan Nabi SAW untuk dibunuh. Kaum Quraisy menulis isi boikot tersebut di lembaran kulit yang digantungkan di Ka’bah.

Maka Nabi SAW menyuruh sahabat-sahabatnya hijrah ke Habasyah yaitu hijrah kedua dengan jumlah kaum nujahirin berjumlah 83 orang lelaki dan 18 orang perempuan dan ikut pula bersama mereka kaum muslimin Yaman, yaitu Abu Musa Al-Ansy’ari dan kaumnya.

3. Hijrah Ketiga ke Madinah

Diantara orang-orang yang beriman ada 6 orang Arab Yastrib (Madinah) sehingga tersebarlah Islam di Madinah. Kemudian datang lagi 12 orang dari mereka dalam tahun 12 kenabian dan mereka pun beriman dan membai’at nabi saw. Lalu kembali ke Madinah dan menyebarkan Islam di sana sehingga banyaklah orang membicarakan beliau.

Dalam tahun 13 kenabian datang dari Madinah 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang beriman kepada Islam dan membai’at Nabi SAW sehingga Islam bertambah banyak pengikutnya di Madinah.

Sesudah merasakan hebatnya gangguan Quraisy terhadap kaum muslimin dan tersiarnya Islam, maka Nabi SAW memutuskan untuk hijrah bersama kaum muslimin semuanya ke Madinah dan menyuruh mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Jarak dari Mekkah ke Madinah adalah dua ratus lima puluh mil. Di musim panas jarak tersebut ditempuh dalam sembilan hari perjalanan.

Tatkala kaum Quraisy mengetahui hal itu mereka pun sepakat untuk membunuhnya.

Pada suatu malam tujuh orang laki-laki serentak masuk ke kamar Nabi dan mereka duga Nabi sedang tidur pulas. Namun Nabi lolos dari bencana itu karena ia meminta Ali, saudara sepupunya, untuk menggantikan di tempat tidurnya.

Nabi SAW telah berada di luar kota Mekkah, namun bahaya masih mengancamnya. Abu Sufyan menawarkan seratus ekor unta bagi siapa yang dapat membawa pulang Muhammad SAW hidup atau mati ke Mekkah.

Nabi SAW tak coba lari ke Madinah melintasi gurun terbuka. Secepat Abu Sofyan menebarkan jaring manusia, gurun pasir menjadi padang maut bagi Nabi SAW. Sesungguhnya Allah menuntunnya ke Madinah melalui jalan yang berlawanan arah, dan menyembunyikannya di dalam sebuah gua di gunung Thaur bersama sahabatnya Abu Bakar.

Namun seratus unta adalah hidangan yang terlalu menggoda untuk dibiarkan. Nasib cukup malang karena saat itu Mekkah memiliki seorang pencari jejak dari Abesina yang berkulit hitam seperti Bilal, yang dikenal sangat memahami seluk beluk gurun pasir. Keterampilannya menuntun dia ke gerbang gua gunung Thaur.

Ummayah, Abu Jahal, dan para pemburunya berada di mulut gua.

“Berakhirlah riwayat kita,” desah Abu Bakar. “Mereka berdua puluh sedangkan kita cuma berdua.”

“Engkau keliru, bisik Nabi.” Allah senantiasa beserta kita. Engkau, aku dan Dia…oleh karena itu kita bertiga.”

Pada saat itulah seekor laba-laba melayang ke bawah dan membangun sarangnya di mulut gua; di saat itu pula sepasang burung dara berwarna putih dengan rangting di paruhnya mulai pula membangun sarang-sarangnya di sana. Muhammad SAW dan Abu Bakar mengendap-endap di dalam kegelapan gua, namun tak ada alasan bagi mahluk Allah sekalipun kecil untuk takut.

Umayah datang menghampiri batu karang. Burung-burung segera terbang, dan laba-laba menghilang di antara celah dinding gua. Namun hasil karya mahluk itu terlihat oleh Umayah; suatu bukti yang teramat jelas. Tak ada manusia yang dapat masuk tanpa merusak jarring laba-laba. Umayah sangat jengkel terhadap si pencari jejak itu kemudian pergi menaiki kudanya.

Allah melindungi Muhammad dan Abu Bakar tinggal di dalam gua, selama tiga hari sampai para pemburu merasa yakin akan kesia-siaan usahanya. Di malam ke empat seorang badui, penyembah berhala bernama Arqat, yang mengenal daerah lengang yang jarang dilalui irang di gurun, membawa kepada mereka dua ekor unta tunggangan dan sekantung makanan. Nabi, Abu Bakar dan Arqat menuruni gunung menyusuri kegelapan malam, berjalan dengan pelan-pelan kea rah barat, arah yang masih jauh dari Madinah. Setelah dua hari perjalanan, hampir sebatas pandang dengan Laut Merah, mereka membuat jalan setengah lingkaran lebar menuju utara, menghindari jalur perjalanan yang sudah dikenali. Namun masih juga seorang pengejar berhasil menemukan mereka, namun Allah menjadikan kudanya, kuda jantan terbaik di jazirah Arab, rubuh tersungkur.

Penduduk Madinah dan kaum muslimin dari Mekkah yang telah tiba di Madinah senantiasa menanti kedatangan Nabi SAW. Setiap pagi berduyun-duyun pergi ke batas kta menuju gurun, namun matahari selalu saja menghalau mereka untuk kembali setelah berjam-jam dalam penantian. Hari itu adalah hari yang paling terik, tak seorangpun mampu bekerja berlama-lama; dan di saat itu para pengelana pun harus menghentikan dulu perjalanannya, berteduh di bawah tenda, menunggu matahari condong letaknya. Seminggu lamanya.

Ketika matahari tengah hari baru saja bergeser, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dan orang-orang pun berlarian. Yang pertama melihat mereka adalah orang Yahudi. Di kejauhan Nampak tiga sosok manusia di atas untanya yang terseok-seok, dengan langkah satu-satu, di bawah panggangan terik matahari yang garang. Kaum muslimin berlari menembus gurun tersandung, terjatuh, tertawa dalam kegembiraan disertai lambaian daun palm, menembus gurun menyambut Rosulullah SAW, Abu Bakar dan Arqat, sambil berteriak penuh kemenangan. Rosulullah telah sampai di kotanya. Kemudian tinggal untuk beberapa lama dan membangun masjid di sana.

C. HIKMAH HIJRAH

1. Hendaklah meneruskan perjuangan Rosulullah menegakkan kalimat haq Laa Ila ha Ilallah (Tiada Tuhan Selain Allah). Mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan meninggalkan berhala-berhala.

2. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk mencari Ridho-Nya. Jangan sampai menjual akidah hanya karena kepentingan dunia. Apabila merasa banyak melakukan dosa bersegeralah hijrah untuk mengamalkan kebajikan yang diperintahkan Allah dan yang di contohkan Rosulullah SAW.

3. Dimanapun berada berpeganglah kepada tali Allah dan perkuat persaudaraan dengan sesama muslim. Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan teguhlah kalian berpegang kepada tali Allah. Janganlah berpecah-belah antara kamu, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu… (Q.S. Ali ‘Imron : 103).


Allahualam…

My Bro

www.pendopomybro.blogspot.com


Daftar Pustaka

1. Terjemah, Mushaf Al-Quran, Depok: Al-Huda, 2002

2. Baiquni, N.A., Indeks Al-Quran, Surabaya: Arkola, 1996

3. Alhamid, Zaid Husein, Kisah 25 Nabi & Rasul, Jakarta: Pustaka Amani,1983

4. Craig, H.A.L., Bilal Berkisah di Hari Tuanya, Bandung: Angkasa, 1988

Tidak ada komentar: